Rabu, 26 Maret 2008

KH Noer Ali dalam Kenangan

Didik J. Rachbini Send instant messages to your online friends http://uk. messenger.yahoo.
com
”Singa Karawang-Bekasi”: Puisi, Sejarah dan Cerita
Judul buku : Kolonel Noer Alie, Sisi Lain Macan Bekasi
Penulis : Ben Thayyeb Anwar Layu
Penerbit : Jawara Press, Bekas
iTahun : Februari, 2008
Halaman : xii + 103 hal.
Kami yang kini terbaring antara Karawang-BekasiTidak bisa teriak Merdeka & angkat senjata lagiTapi siapakah yg tidak lagi mendengar deru kamiTerbayang kami maju dan berdegap hati?Kami bicara padamu dalam hening di malam sepiJika dada rasa hampa & jam dinding yg berdetakKami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debuKenang, kenanglah kami Chairil Anwar, 1948 Mendengar ucapan “Karawang-Bekasi”, semua orang akan terkesima dengan penyair legendaris, Chairil Anwar. Baris- baris puisinya dalam sajak “Antara Karawang dan Bekasi” yang diekspresikan bahwa Bekasi merupakan daerah perjuangan kemerdekaan, telah mampu menyayat rasa yang mendengarnya. Demikianlah sajak yang ditulis oleh Chairil Anwar (26 Juli 1922 - 28 April 1949) pada tahun 1948, untuk mengungkapkan perasaannya terhadap situasi perang melawan tentara Belanda waktu itu. Sajak ini dapat diresapi dan dimengerti maknanya, apabila kita berdiri di hadapan makam dari ratusan korban pembantaian tentara Belanda di Monumen Rawagede, Desa Balongsari, dekat Karawang, dan mendengarkan berbagai kisah pilu dari para korban, janda korban dan anak-cucu korban pembantaian. Namun siapa yang mengenal tokoh perjuangan yang terjadi pada 9 Desember 1947, dalam agresi militer Belanda I yang dilancarkan mulai tanggal 21 Juli 1947 itu, hampir dapat dihitung dengan jari. Sisi Sejarah
Dalam catatan sejarah buku terdahulu, Noer Ali lahir tahun 1914 di Kp. Ujungmalang (sekarang menjadi Ujungharapan), Kewedanaan Bekasi, Kabupaten Meester Cornelis, Keresidenan Batavia. Meskipun ayahnya hanya sebagai petani, namun karena kemauan keras untuk menuntut ilmu, Noer Ali pergi ke Mekah dengan meminjam uang dari majikan ayahnya yang harus dibayar dicicil selama bertahun-tahun. Selama enam tahun (1934-1940) Noer Ali belajar di Mekah.
Peranan pentingnya muncul ketika terjadi Agresi Militer Juli 1947. K.H. Noer Ali menghadap Jenderal Oerip Soemohardjo di Yogyakarta. Ia diperintahkan untuk bergerilya di Jawa Barat dengan tidak menggunakan nama TNI. K.H. Noer Ali pun kembali ke Jawa Barat jalan kaki dan mendirikan serta menjadi Komandan Markas Pusat Hisbullah-Sabilillah (MPHS) Jakarta Raya di Karawang. Saat itu, Belanda menganggap tentara Republik sudah tidak ada. Noer Ali meminta rakyat Rawagede untuk memasang ribuan bendera kecil-kecil dari kertas minyak ditempel di pepohonan.
Tentara Belanda (NICA) melihat bendera-bendera itu terkejut karena ternyata RI masih eksis di wilayah kekuasaannya. Belanda mengira hal itu dilakukan pasukan TNI di bawah Komandan Lukas Kustaryo yang memang bergerilya di sana. Maka pasukan Lukas diburu dan karena tidak berhasil menemukan pasukan itu, Belanda mengumpulkan rakyat Rawagede sekitar 400 orang dan kemudian dibunuh. Peristiwa ini membangkitkan semangat rakyat sehingga banyak yang kemudian bergabung dengan MPHS.
Kekuatan pasukan MPHS sekitar 600 orang, malang melintang antara Karawang dan Bekasi, berpindah dari satu kampung ke kampung lain, menyerang pos-pos Belanda secara gerilya. Di situlah K.H. Noer Ali digelari "Singa Karawang-Bekasi". Ada juga yang menyebutnya sebagai "Belut Putih" karena sulit ditangkap musuh. Sebagai kiai yang memiliki karomah, Noer Ali menggunakan tarekat untuk memperkuat mental anak buahnya. Ada wirid-wirid yang harus diamalkan, namun kadang-kadang anak buahnya ini tidak taat. Lewat Cerita
Dalam mengungkapkan karya sejarah, tentu saja sangat penting dengan membuat berbagai variasi pendekatan. Cerita sejarah perjuangan KH Kolonel Noer Alie, Kolonel Noer Alie Sisi Lain Macan Bekasi, yang ditulis oleh Ben Thayyeb Anwar Layu (Muhtadi Muntaha), yang nota bene cucu dari kakak KH Kolonel Noer Alie (Lurah Toyibh Si Jawara Utara Bekasi), tentu saja akan mengingatkan sejarah perjuangan rakyat Karawang-Bekasi tahun 1945-1950 melawan pendudukan Belanda dan sekutu. Meski ber-setting peristiwa sejarah, cerita ini cukup enak dibaca oleh siapa saja, baik pelajar, mahasiswa atau kalangan umum. Seperti yang diungkapkan oleh “pencerita” kisah sejarah ini, yang menyayangkan, meskipun Sang Pahlawan Nasional ini memiliki nama besar, namun masih banyak orang yang awam tentang siapa saja yang berjasa yang ikut serta dalam perjuangan. Bahkan secara kritis penulis menilai hampir tidak ada publikasi terhadap Sang Tokoh. Karya-karya sebelumnya, dinilai, masih berkutat pada sosok KH Noer Alie sekadar permukaan, tanpa menyingkap keterlibatan mereka secara detil dan proporsional. Terutama peran orang-orang di sekelilingnya, seperti ayah-ibunya, kakak dan adik-adiknya. Tentu saja karya Cucu keponakan KH Noer Alie ini patut menjadi salah satu model bagi upaya mendekati kisah sejarah. Bahwa kisah sejarah tidak harus diungkap dengan bahasa teks yang membuat dahi kita berkerut, namun juga bisa didekati dengan model cerita yang disajikan dalam buku ini. Yang seolah-olah pembaca ikut terlibat di dalamnya. Sehingga secara tidak langsung kisah-kisah sejarah akan selalu dapat diikuti oleh generasi-generasi berikutnya. Siapa menyusul ?
Didik J. Rachbini Send instant messages to your online friends http://uk. messenger.yahoo.com

Read More..

Biodata Lukmanul Hakim

Nama Lengkap : Lukmanul Hakim S ThI
Tempat tanggal Lahir : Bekasi 24 Februari 1975
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Kebangsaan : Islam
Alamat : Jl. Pertamina Kampung Kedaung Desa Kedung Jaya RT 02 RW 04, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat
Nomor Kontak : (Hp) 081807264992
Email :
lukmanul_2005@yahoo.com.au
Blog : http://lukman1975.blogspot.com

Karir Pendidikan : SDN Pelita Hati Bekasi (lulus 1987)
MTs Attaqwa (Ponpes Attaqwa Bekasi) (1990)
MA Attaqwa (Ponpes Attaqwa Bekasi)(1993)
S1 IAIN Susqa Pekanbaru Riau (Fak. Ushuluddin Tafsir Hadis) (2003)
Kursus di LIA Pekan baru (2001)
Kini mahasiswa S2 Univ. Paramadina Jakarta (Jurusan Filsafat Islam) (2007- sekarang)

Karir Organisasi : Ketua Umum Osis MA Aliyah (1993)
Ketua Senat Mahasiswa Fak Ushuluddib IAIN Susqa P Baru (2000)
Ketua Parlemen Mahasiswa IAIN Susqa P baru (2001)
Ketua Presedium Sidang Kongres Mahasisawa Riau Se Nusantara (2002)
Pengurus IPNU Cabang Pekanbaru
Ketua HMI Cabang Pekanbaru
Anggota Garda Bangsa PKB Riau (2001)
Penasehat Karang Turuna Cipta Jaya (2007-2012)
Pengurus KNPI Kabupaten Bekasi (2008-2011)
Ketua DPAC PKB Kecamatan Babelan, Bekasi (2008-2013)

Karir Pekerjaan : Redaktur Tabliod Pondasi Riau (2002)
Wartawan Harian Terbit (2005)
Redaktur Majalah “bisnis” ADINFO Jakarta (2006)
Asisten Kelapa Kantor Berita Bernama di Jakarta (2006)
Redaktur Pelaksana Tabliod Jayakarta Plus (2007- sekarang)
Redaktur Tabloid disparitas (2007-sekarang)

Karya Tulis : Di surat kabar harian Riau Pos, Harian Terbit, Tabloid Pondasi dan lainnya. Sering merensi buku saat menjadi mahasiswa dan diresenii di- Tabloid Pondasi.
Jakarta, 16 Maret 2008


Read More..