Selasa, 26 Februari 2008

Pilkada Riau Lesu Darah

Gairah menjelang Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Riau tahun ini terkesan tak bersemangat alias lesu darah. Berbeda dengan Pilkada tahun sebelumnya yang diadakan sekitar Oktober 2003. Saat itu, aroma Pilkada sangat terasa. Mulai kehadiran sesumbar dari bakal calon (balon), pengamat dan instrumen partai politik pengusung terlihat jelas arahnya. Kali ini, bisa jadi kesunyian itu justru akibat dari konstelasi politik dan hukum belakangan ini tengah memanas dan membuat ‘nyali’ balon sedikit ketar ketir untuk memastikan dirinya tampil dalam Pilkada.
Pastinya waktu penyelenggaraan Pilkada Riau tak lebih dari satu tahun. Malah, bila dihitung hanya tinggal beberapa bulan lagi. Sementara kondisi kali ini terbilang beda dan membuat semua orang bertanya-tanya dan melahirkan spekulasi. Kondisi ini juga dapat diistilahnya bagi warga Jakarta, boro-boro ada spanduk, seminar, deklarasi, perang wacana, demontrasi antar pendudukung dan orasi namun mencari orang yang berani mengaku balon saja sulit didapat.
Spekulasi atas kaitan tersebut dapat dibenarkan. Buntutnya mereka yang berhasrat jadi kandidat Cagub dan Cawagub Riau jadi ngeper. Meski tak bermaksud mendahului, sebut saja kasus korupsi APBD Riau yang kini kasusnya masih ditangani pihak berwenang. Kasus keterlibatan pejabat di Riau dalam penebangan hutan (ilegal logging). Dua kasus ini sempat menghiasi media massa nasional dan malah masalah tersebut sempat merembet hingga ke anak buah jajaran SBY-JK di kabinet. Karena begitu besarnya dosa yang dilakukan mereka sepertinya kurang percaya diri alias ‘ga PeDe’ untuk tampil ke publik sebagai orang yang bakal dipilih menjadi orang nomor satu di negeri lancang kuning.
Bagi mereka hal ini akan membuat serba salah. Bakal calon melakukan gerakan diam-diam juga akan salah karena masyarakat ingin kenal dan tahu mutu dari para calon yang bakal tampil. Sebaliknya, berterus terang justru hanya akan menjadi cacian dan sasaran tembak lagi dari saingannya karena masih ada kaitan dangan kasus yang telah disebut diawal. Parahnya lagi, bagi yang telah ditetapkan sebagai ‘tersangka’ justru menjadi bumerang dan hanya bentuk menggali lubang kubur saja pada Pilkada bila terlalu cepat naik naik panggung.
Masih soal buntut dari kesunyian ini justru berakibat pada kurang sehatnya iklim proses pendewasaan masyarakat dalam berpolitik. Pesta demokrasi yang dilakukan secara langsung bakalan kurang dinikmati sepenuhnya sebagai makna dari kebebasan individu dalam berpolitik dan kebebasan akan hak dasar bagi setiap warga negara. Kesempatan ini juga dapat mendorong publik untuk bersikap apatis dan apolitis dalam masalah pembangunan dan tanggung jawabnya dalam masa depan Riau. Kondisi ini juga bakalan langgeng bila situasi Pilkada tahun ini masih tak bergairah dengan indikator tak ada balon yang tampil jelang Pilkada yang waktunya hanya dalam hitungan bulan saja.
Kesenyapan ini mendorong suasana di mana masyarakat akan sulit mengenal calonnya dalam Pilkada secara baik. Laksana pepatah klasik ‘jangan membeli kucing dalam karung.’ Pasalnya, calon belum ada mau mengaku dan masih berstatus gelap sementara waktu perlaksanaannya sangat dekat.
Menurut kabar yang beredar di kalangan yang sangat terbatas, bakal kandidat yang akan tampil hanya baru terjaring sebanyak tiga pasang. Sebut saja mantan Gubri yang kini anggota DPR RI, Saleh Djasit berpasangan dengan Ketua Partai Amanat Nasional, Topan Andoso Yakin. Gubri Rusli Zainal dengan Raja Mambang Mit yang bakalan didukung Partai Golkar. Serta Bupati Indragiri Hulu yang juga Ketua Partai Demokrat Raja Thamsir Rachman dengan Wagubri Wan Abu Bakar. Pasangan terakhir bakalan didukung koalisi Partai Demokrat dan Partai Persatuan Pembangunan. Tiga pasang balon tersebut pun relatif tak mau tampil dihadapan mata masyarakat meski di kalangan tertentu sudah tak asing lagi.
Akankah suasana seperti ini masih bertahan lama sementara waktu pelaksanaan makin dekat. Di pihak lain, warga Riau ingin segera tahu siapa yang akan mereka pilih sebagai orang yang diamanatkan soal upaya perbaikan nasib dan peningkatan kersejahteraan ke pundak pemimpinnya. Kalau begitu, dengan pertimbangan waktu yang kian dekat, mari kepada semua orang bahwa kans untuk mencalonkan atau dicalonkan dalam Pilkada memiliki peluang yang sama. Soal hasil itu urusan nanti namun yang terpenting balon jangan sampai lesu darah dahulu jelang Pilkada yang telah di depan mata.

Tidak ada komentar: