Sabtu, 10 November 2007

Limbah Kali Bekasi Mulai Munculkan PenyakitMinggu, 25 Juli 2004 12:33 WIB
TEMPO Interaktif, Bekasi:Dampak pencemaran limbah Kali Bekasi dan Kali Cikarang Bekasi Laut (CBL) kini mulai dirasakan warga sekitar. Selain bau busuk yang menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan (ISPA) dan berkurangnya ikan di sungai, warga kini mulai mengeluhkan penyakit gatal pada kulit.
Penelitian Dinas Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi membenarkan adanya pencemaran limbah cair oleh pabrik yang berada di aliran Kali Bekasi, CBL dan Citarum. Namun, Kepala Sub Dinas Pengendalian dan Pengawasan Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi Tirta Abdul Fatah belum memastikan nama pabrik dan tindakan yang akan dilakukan pihaknya, Minggu (25/7).
Limbah cair yang mencemari sungai-sungai itu diketahui mengandung logam-logam berbahaya, seperti cuprum/tembaga (Cu), cromium/crom (Cr), zeng/seng (Zn), dan nikel (Ni). Bahkan, hasil penelitian terhadap kadar air diketahui sudah melewati batas kesehatan lingkungan hidup. Namun tingkat kandungan pencemaran air tidak disebutkan berapa besarnya.
Kali Bekasi yang membentang dari Kota Bekasi sampai Kabupaten Bekasi dan melintasi beberapa kecamatan dalam tiga minggu terakhir makin tercemar limbah berbau, berwarna, beracun (B3). Sungai yang panjangnya sekitar 25 kilometer itu berubah hitam pekat.
Menurut Dani, 40 tahun, salah seorang warga, perubahan warna mulai terjadi menjelang musim kemarau ini. Kali Bekasi yang sebelumnya dapat digunakan warga untuk cuci dan mandi, kini kondisinya mengkhawatirkan. "Biasanya kalau mau kemarau, air sungai berubah, mungkin ini mainan pabrik di atas yang buang limbah," kata dia.
Padahal, kata pencari ikan yang tinggal di Kampung Baru, Pangkalan Desa Kedung Pengawas ini, Kali Bekasi merupakan salah satu sungai yang menjadi sumber mata pencaharian dan sumber air bersih yang sebagian digunakan warga untuk kebutuhan irigasi pertanian.
Selain itu, dengan adanya sungai ini juga memunculkan mata pencaharian bagi para penarik perahu eretan. Dengan dibiarkannya pencemaran air sungai oleh Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Bekasi, membuat warga khawatir dampak terhadap kesehatan dan ekonomi makin meluas.
Adanya perubahan pada air sungai yang hitam pekat itu dirasakan sendiri oleh Dani. Misalnya, setelah selesai mencari ikan di sungai, kulitnya berubah kemerahan dan gatal-gatal. Padahal, sebelum air sungai itu berubah kehitaman tiga minggu terakhir, tidak pernah terjadi reaksi kegatalan pada kulit.
Siswanto - Tempo News Room

Tidak ada komentar: