Minggu, 30 Desember 2007

Ditemukannya satu sumur-sumur minyak baru di daerah miskin Babelan Bekasi ditengarai akan menjadikan daerah itu sekaya Riau.

TEMPO Edisi 9 – 15 Februari 2004 mengulasnya dalam rubrik Ekonomi Bisnis.
Sejauh ini sudah 16 sumur pengeboran bekerja di dua struktur minyak baru di Babelan – yaitu di Tambun dan Pondok Tengah. Tahun ini akan bertambah tiga sumur lagi dan jumlahnya akan makin banyak dalam beberapa tahun ke depan. Jadi jangan kaget jika kelak langit Babelan tak lagi mengenal kegelapan malam.


Nasib Babelan yang selama ini dikenal sebagai satu daerah termiskin di Bekasi tampaknya akan segera berubah. Masalah kecilnya pendapatan keluarga pendidikan air bersih dan kesehatan akan dapat segera teratasi jika 115 ribu warga Babelan yang ada benar-benar dapat menikmati sebagian dari hasil sumur-sumur minyak yang ditemukan di wilayahnya. Tapi akankah hal ini segera menjadi kenyataan?.

Direktur Hulu PERTAMINA Bambang Nugroho menyatakan kalau sejauh ini pihaknya telah mengucurkan bantuan senilai 4,7 milyar rupiah dimana 3,8 milyar diantaranya digunakan untuk perbaikan dan pembangunan jalan baru. PERTAMINA juga sudah memiliki program pembangunan komunitas yang akan dijalankan selama PERTAMINA beroperasi disana. Tapi menurutnya perubahan tidak serta merta tergantung pada PERTAMINA saja.

Pandangan tadi bisa jadi benar karena hingga saat ini – meskipun PERTAMINA atau anak-anak perusahaannya sudah menggandeng perusahaan-perusahaan daerah Bekasi namun pemerintah daerah Bekasi sendiri belum banyak melakukan upaya ‘menjemput bola’.

Pengamat perminyakan Kurtubi menyayangkan hal ini karena menurutnya temuan PERTAMINA itu tergolong luar biasa. Tidak saja karena jumlah cadangannya yang lumayan besar tapi juga karena lokasinya yang sangat dekat sehingga dapat dengan mudah dan murah dipasok ke kilang-kilang yang ada. Pemerintah daerah Bekasi seharusnya cepat menangkap peluang bisnis ini.

Selain itu di masa depan temuan ini akan menjadi sumber pendapatan yang lumayan besar bagi PERTAMINA yang kini mesti bersaing dengan raksasa minyak dunia seperti CALTEX atau BRITISH PETROLEUM. Indonesia bisa memperbaiki produksi minyaknya yang terus turun dari 1,5 juta barrel per hari menjadi di bawah 1 juta barrel pada Januari lalu. Indonesia juga bisa mengulur waktu terjadinya net oil importer. Kendati begitu semuanya masih di atas kertas. Kembali TEMPO.

Banyak hal masih tergantung pada kemampuan PERTAMINA. Jika temuan cadangan baru tak bisa menutup penurunan produksi akibat sejumlah sumur tua berhenti berproduksi maka hasilnya akan sama saja. Walhasil langit Babelan belum benar-benar dapat terang benderang dan posisinya hanya sekedar memperpanjang nafas Indonesia saja.

~~~~~~~~~~

Kawasan Asia mencapai rekor tertinggi dalam jumlah anak yang tidak sekolah. Demikian kesimpulan UNESCO yang dirilis dalam laporannya 10 Februari lalu sebagaimana dikutip KOMPAS.

Berdasarkan angka pendidikan resmi tahun 2000 dan 2001 di 22 negara kawasan Asia Selatan dan Timur diketahui kalau 46 juta anak usia sekolah tidak duduk di bangku sekolah. Anak perempuan bahkan memiliki nasib yang lebih parah karena 28 juta anak perempuan tidak memperoleh pendidikan dasar dibandingkan anak laki-laki yang mencapai 18 juta anak.

Data-data yang dirilis UNESCO ini jelas mengejutkan. Terlebih jika anda menyimak hasil penelitian lainnya.

Penelitian di kawasan Asia Selatan dan Timur yang berpenduduk 3,4 milyar orang atau lebih dari separuh dunia menemukan fakta bahwa 104 juta anak tidak sekolah. Disusul kawasan Afrika Sahara dimana 42% anaknya tidak mengenyam pendidikan.

Memang tak dapat dipungkiri bahwa jumlah pendaftar sekolah meningkat secara berarti namun diketahui pula bahwa jumlah anak putus sekolah dasar pun demikian besar.

Di India Republik Demokratis Rakyat Laos dan Myanmar hanya separuh anak yang masuk sekolah dasar mencapai kelas lima. Disusul Nepal Kamboja dan Bangladesh di urutan berikutnya. Data ini belum termasuk kesenjangan jenis kelamin.

Laporan UNESCO ini jelas tidak dapat dipandang remeh karena jika fakta ini dibiarkan maka bukan tak mungkin kawasan Asia Timur dan Selatan yang seharusnya bertanggungjawab atas 45% masa depan dunia malah menjadi satu generasi yang hilang.

Tidak ada komentar: