Jumat, 18 April 2008

Emosi dan Sukses

sumber dari Harian Terbit
NEW YORK - Banyak orang bersifat temperamen atau suka marah-marah. Tapi jangan menyesal memiliki sifat tersebut yang bisa memicu kekesalan orang lain. Masalahnya, menurut para ahli di New York, AS, orang bersifat seperti itu justru dapat membantu mereka mencapai keberhasilan. Bahkan sukses dicapai jika emosi mereka berhasil memicu rasa kesal atau kemarahan orang lain.
Banyak individual meng-alami rasa marah yang tinggi atau tingkat kemarahan yang melonjak. Sebagai contoh, ketika mereka berharap dapat menyelesaikan sebuah tugas rumit yang memicu rasa kesal dan marah-marah sehingga dapat merusak penampilan. Riset ini dipublikasikan pada isu Psychological Science edisi April 2008.
Para ahli kejiwaan dari Boston College and Stanford University melibatkan sejumlah responden dan meminta mereka untuk memainkan sebuah game komputer yang konfrontial. Permainan berupa game penembak orang-pertama dimana membunuh musuh adalah tujuan utama.
Responden juga diminta memainkan game non-konfrontial (game dimana para pemain memandu seorang pelayan yang sedang melaya-ni sejumlah pelanggan). Res-ponden kemudian akan terlibat berbagai aktivitas berbeda sebelum bermain game.
Dari hasil survei, rata-rata responden lebih suka kegiatan yang membuat mereka marah seperti mendengarkan musik-musik yang memicu emosi, mengingat kenangan lama yang membuat mereka marah. Hasil ini diperoleh ketika responden berkeinginan melakukan tugas yang konfrontial.
Sebaliknya, responden akan lebih suka melakukan aktivitas menyenangkan ketika mereka berkeinginan melakukan tugas non-konfrontial. Responden yang memicu kemarahannya, ter-nyata melakukan tugas lebih baik ketimbang lainnya dalam game konfrontial tentang pembunuhan tentara-tentara musuh.
Kendati begitu, mereka tidak melakukan tugas lebih baik ketimbang lainnya dalam game-non-konfrontial tentang melayani pelanggan. "Temuan-temuan semacam ini memperlihatkan apa yang masyarakat lebih sukai untuk dirasakannya pada momen apapun kemungkian tergantung sebagian pada apa yang mereka mungkin dapatkan di luar ini," kata para periset.
Dewan Pencegahan Kriminal Nasional memillki penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana mengendalikan kemarahan diri.

Read More..

Jumat, 11 April 2008

Demokrasi Ala Gus Dur (lagi) Dipertanyakan


Demokrasi ala Gus Dur (lagi) Dipertanyakan
Oleh:lukmanul hakim STH I
KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur saat ini tetap menjadi ikon demokratisasi di Indonesia. Kerja keras Gus Dur soal ini tidak perlu diragukan lagi. Meski kerap kali mendapat perlawanan dari aus besar dirinya tetap ngotot untuk membangun iklim demokratis. Sebut saja upayana dalam melindungi hak-hak kaum minoritas dan kekebasan berekspresi serta tindakan kekerasan yang mengatasnamakan Tuhan. Pembelaan itulah, ia menjadi tempat mengadu kelompok yang merasa dirampas hak-hak dasarnya di negara ini. Karena itulah dirinya disebut tokoh dermokrat sejati.
Nama besar yang disandang Gus Dur saat ini kembali diuji terkait kasus diinternal partai yang didirikannya, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Masalah ini terjadi di penghujung bulan Maret dan bersamaan dengan acara ‘pelepasan’ Mahfud MD sebagai anggota hakim Mahkamah Konstitusi setelah dirinya lolos dalam uji seleksi baru-baru ini. Bagi sangkaan banyak orang, DPP PKB yang dikomandokan Gus Dur telah melakukan ‘catatan’ yang relativ kurang baik lantaran meminta Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar untuk mundur dari jabatannya dalam acara Pleno. Ini masalah internal PKB, tapi yang dibicarakan di sini kasus tersebut dalam tinjauan demokratisme. Terutama bagi kelompok yang kurang setuju dengan sikap itu dianggap melanggar asas-asas demokrasi lantaran berbau dictator yang kontras dengan prinsip demokrasi.
Persoalannnya yang perlu dijawab bersama, apakah tokoh sebesar Gus Dur melakukan pencederaan dalam kasus tersebut? Apakah dirinya tak sadar untuk melacurkan ide demokrasi yang dibangun puluhan tahun hanya dengan kasus di partainya? Apakah Gus Dur mau mendengar sepihak ucapan si pembisik atau si penyusup yang berada di partainya? Bila sangkaan banyak orang ada benarnya berarti Gus Dur tengah melakukan bunuh diri atas nama besarnya sebagai pejuang demokrasi.
Kegelisaan serupa atas kasus tersebut datang dari kolega Gus Dur. Seperti pernyataan pengamat politik dari CSIS J Kristiadi yang katanya, ‘kandang’ PKB bagi Gus Dur sepertinya terlalu sempit. Jawaban seperti ini tentu yang tahu hanya Gus Dur sendiri dan Tuhan. Sebab, sejak awal dirinya sering memulai lakon politiknya dengan memakai cara-cara antagonis untuk melanggengkan aapa yang m,enjadi kemaunnya dalam banyak hal. Bisa jadi kasus ini bagian dari upaya tersebut.
Terlepas dari ketokohan Gus Dur, kasus ini banyak menimbulkan polemik di berbagai kalangan lantaran kontras dengan apa yang selama ini diperjuangkan soal demokrasi. Tak hanya dari rivalnya di politik namun teman seperjuangannya sibuk membicarakan sepak terjang mantan cucu pendiri organisasi Nahdlatul Ulama menjelang satu tahun diadakannya Pemilu 2009. Pro dan kontra komentar soal ini muncul menghiasi media. Malah ada yang hanya menuding bahwa masalah ini hanya trik dirinya dalam menyiasati perolehan suara PKB pada Pemilu yang digelar tahun depan.
Yang pasti bola panas atas kasus ‘pemecatan’ Muhaimin belum usai. Bola liar ini masih menggelinding. Kedua belah pihak, Muhaimin versus Gus Dur masih memasang jurus masing-masing. Gelagat untuk untuk damai hingga saat ini belum terlihat juntrungannya. Malah kedua belah pihak siap saling gugat di meja hijau untuk mencari kebenaran masing-masing.
Bagi kita, masalah ini tentu menjadi wacana baru terkait relasi antara dermokratisasi, wilayah politik dengan Gus Dur di era kekinian. Tak bermaksud mendahului Gus Dur, apakah penerapan atas konsep demokrasi di ranah politik berbeda modelnya dengan di luar kawasan itu. Konsekuensinya pemimpin partai bakalan meneruskan gaya-gaya kepemimpinan model Adolf Hitler atau Musollini sebagai figur sentral kekuasaan dalam politik. Kalau begini jadinya, dinamika seorang Gus Dur yang fenomel dan sang kampium demokrasi di negara ini akan dipertanyakan lagi kapasitasnya soal ini. Oh Gus Dur!

Read More..

Pemekaran Kabupaten Bekasi Utara

Menimbang Kelahiran ‘orok’ Kabupaten Bekasi Utara
Oleh: lukmanul hakim STh I
Wacana pemekaran Kabupaten Bekasi Utara dari induknya Kabupaten Bekasi mulai merayap di kalangan warga Bekasi. Rencananya wilayah kabupaten Bekasi kembali melahirkan ‘orok’ kabupaten Bekasi Utara yang terdiri dari empat atau lima Kecamatan yang membentang di pantai utara. Sebut saja, Kecamatan Babelan, Tarumajaya, Tambun Utara, Sukawangi dan Muara Gembong. Untuk membedakan wilayah, di wilayah utara mencakup lima kecamatan tersebut dan selatan mencakup kecamatan Cikarang dan sekitarnya.
Masih menurut kabar yang beredar, tujuan pemekaran kabupaten baru ini untuk pemerataan pembangunan di kawasan itu yang kini jauh tertinggal dari kecamatan lain di Bekasi yang berjumlah 23 kecamatan.
Isu pemekaran ini, lahir sejak tiga atau empat tahun belakangan ini lantaran pembangunan di kawasan utara terasa ‘jomplang’ dalam pengucuran pembanguan di Pemda Bekasi. Sejak itu, warga Bekasi yang sadar akan ini mulai berani mewacanakan meski masih terbilang sporadis dan sembunyi-sembunyi dengan tujuan untuk mendongkrak ekonomi warga setempat.
Kelahiran wacana ini sepertinya banyak mendapat dukungan warga di kawasan utara Bekasi. Banyak hal yang mendorong warga untuk mendukung ide tersebut. Mulai latar belakang budaya, ekonomi. profesi, politik hingga kultur dalam praktek keagamaan di kedua wilayah itu sangat kontras. Tak berlebihan, kehadiran wacana di ‘siang bolong’ ini banyak mendapat sambutan warga lantaran adanya perbedaan tersebut.
Di luar sisi usaha memakmurkan bagi warga di kawasan utara Bekasi lewat pemekaran, namun banyak ‘ketakutan’ di sana-sini bila hal itu terwujud yang direncanakan ‘digelar’ pada 2010. Sebut saja soal, rendahnya jumlah pegawai negeri sipil yang berasal dari kawasan tersebut, tingkat ekonomi, pendidikan, celah fiskal dan masalah lainnya yang justru akan menjebloskan lagi kawasan itu pada kemiskinan dan kesusahan hidup lainnya seperti semula.
Masalah ini bukan berarti di kawasan yang saat ini direncanakan menjadi kabupaten baru tergolong miskin? Justru tidak, kawasan ini terbilang kaya raya dengan cadangan minyak dan gas yang berada di kecamatan Babelan. Selain itu kekayaan alam berupa potensi wisata di pantai muara Gembong dan Tanjung Air, Pantai Hurif, Babelan sangat potensial untuk dikembangkan. Potemsi itu belum bisa digarap maksimal oleh putera daerah. Bisa-bisa kekayaan itu kembali digarap oleh pihak luar yang justru akan mengembalikan masalah serupa seperti yang saat ini terjadi kabupaten Bekasi.
Kalau mau buka-bukaan, bula dilihat dari sudut sejarah Bekasi, dahulu masuk wilayah Jakarta ketika negara ini diawal kemerdekaan. Lalu wilayah Bekasi melakukan pemindahan dan bergabung dengan Jawa Barat lantaran muncul isu ‘negara boneka’ buatan Belanda. Bergabungnya Bekasi ke Jabar hanya untuk menyeret Jabar ke dalam Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia. Berikutnya, sekitar tahun 1990-an kabupaten Bekasi melahirkan ‘orok’ bernama Kotamadya Bekasi. Setelah itu, kantor Pemda Kabupaten Bekasi yang lama di pakai oleh Kantor Walikota Bekasi. Sedangkan Pemda Kabupaten Bekasi ‘hijrah’ ke Cikarang yang letaknya amat jauh bagi warga di kawasan utara Bekasi.
Jujur saja, bukan bermaksud rasial, kelahiran Bekasi pada awalnya didominasi oleh warga Bekasi asli, namun belakangan hingga saat ini dominasi dari warga non Bekasi sangat kuat. Sehingga penyerapan atas pembangunan di Bekasi terhambat dan cenderung memperioritaskan kawasan selatan.
Gagasan besar dari isu pemekaran adalah diperuntukkan untuk membuka peluang bagi warga Bekasi untuk memimpin daerahnya sendiri. Pada sisi lain, agar pemerataan kesejahteraan dapat merata seperti yang dicita-citakan pendiri kabupaten Bekasi awal seperti KH Noer Ali, sang pahlawan nasional.





Read More..

Rabu, 26 Maret 2008

KH Noer Ali dalam Kenangan

Didik J. Rachbini Send instant messages to your online friends http://uk. messenger.yahoo.
com
”Singa Karawang-Bekasi”: Puisi, Sejarah dan Cerita
Judul buku : Kolonel Noer Alie, Sisi Lain Macan Bekasi
Penulis : Ben Thayyeb Anwar Layu
Penerbit : Jawara Press, Bekas
iTahun : Februari, 2008
Halaman : xii + 103 hal.
Kami yang kini terbaring antara Karawang-BekasiTidak bisa teriak Merdeka & angkat senjata lagiTapi siapakah yg tidak lagi mendengar deru kamiTerbayang kami maju dan berdegap hati?Kami bicara padamu dalam hening di malam sepiJika dada rasa hampa & jam dinding yg berdetakKami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debuKenang, kenanglah kami Chairil Anwar, 1948 Mendengar ucapan “Karawang-Bekasi”, semua orang akan terkesima dengan penyair legendaris, Chairil Anwar. Baris- baris puisinya dalam sajak “Antara Karawang dan Bekasi” yang diekspresikan bahwa Bekasi merupakan daerah perjuangan kemerdekaan, telah mampu menyayat rasa yang mendengarnya. Demikianlah sajak yang ditulis oleh Chairil Anwar (26 Juli 1922 - 28 April 1949) pada tahun 1948, untuk mengungkapkan perasaannya terhadap situasi perang melawan tentara Belanda waktu itu. Sajak ini dapat diresapi dan dimengerti maknanya, apabila kita berdiri di hadapan makam dari ratusan korban pembantaian tentara Belanda di Monumen Rawagede, Desa Balongsari, dekat Karawang, dan mendengarkan berbagai kisah pilu dari para korban, janda korban dan anak-cucu korban pembantaian. Namun siapa yang mengenal tokoh perjuangan yang terjadi pada 9 Desember 1947, dalam agresi militer Belanda I yang dilancarkan mulai tanggal 21 Juli 1947 itu, hampir dapat dihitung dengan jari. Sisi Sejarah
Dalam catatan sejarah buku terdahulu, Noer Ali lahir tahun 1914 di Kp. Ujungmalang (sekarang menjadi Ujungharapan), Kewedanaan Bekasi, Kabupaten Meester Cornelis, Keresidenan Batavia. Meskipun ayahnya hanya sebagai petani, namun karena kemauan keras untuk menuntut ilmu, Noer Ali pergi ke Mekah dengan meminjam uang dari majikan ayahnya yang harus dibayar dicicil selama bertahun-tahun. Selama enam tahun (1934-1940) Noer Ali belajar di Mekah.
Peranan pentingnya muncul ketika terjadi Agresi Militer Juli 1947. K.H. Noer Ali menghadap Jenderal Oerip Soemohardjo di Yogyakarta. Ia diperintahkan untuk bergerilya di Jawa Barat dengan tidak menggunakan nama TNI. K.H. Noer Ali pun kembali ke Jawa Barat jalan kaki dan mendirikan serta menjadi Komandan Markas Pusat Hisbullah-Sabilillah (MPHS) Jakarta Raya di Karawang. Saat itu, Belanda menganggap tentara Republik sudah tidak ada. Noer Ali meminta rakyat Rawagede untuk memasang ribuan bendera kecil-kecil dari kertas minyak ditempel di pepohonan.
Tentara Belanda (NICA) melihat bendera-bendera itu terkejut karena ternyata RI masih eksis di wilayah kekuasaannya. Belanda mengira hal itu dilakukan pasukan TNI di bawah Komandan Lukas Kustaryo yang memang bergerilya di sana. Maka pasukan Lukas diburu dan karena tidak berhasil menemukan pasukan itu, Belanda mengumpulkan rakyat Rawagede sekitar 400 orang dan kemudian dibunuh. Peristiwa ini membangkitkan semangat rakyat sehingga banyak yang kemudian bergabung dengan MPHS.
Kekuatan pasukan MPHS sekitar 600 orang, malang melintang antara Karawang dan Bekasi, berpindah dari satu kampung ke kampung lain, menyerang pos-pos Belanda secara gerilya. Di situlah K.H. Noer Ali digelari "Singa Karawang-Bekasi". Ada juga yang menyebutnya sebagai "Belut Putih" karena sulit ditangkap musuh. Sebagai kiai yang memiliki karomah, Noer Ali menggunakan tarekat untuk memperkuat mental anak buahnya. Ada wirid-wirid yang harus diamalkan, namun kadang-kadang anak buahnya ini tidak taat. Lewat Cerita
Dalam mengungkapkan karya sejarah, tentu saja sangat penting dengan membuat berbagai variasi pendekatan. Cerita sejarah perjuangan KH Kolonel Noer Alie, Kolonel Noer Alie Sisi Lain Macan Bekasi, yang ditulis oleh Ben Thayyeb Anwar Layu (Muhtadi Muntaha), yang nota bene cucu dari kakak KH Kolonel Noer Alie (Lurah Toyibh Si Jawara Utara Bekasi), tentu saja akan mengingatkan sejarah perjuangan rakyat Karawang-Bekasi tahun 1945-1950 melawan pendudukan Belanda dan sekutu. Meski ber-setting peristiwa sejarah, cerita ini cukup enak dibaca oleh siapa saja, baik pelajar, mahasiswa atau kalangan umum. Seperti yang diungkapkan oleh “pencerita” kisah sejarah ini, yang menyayangkan, meskipun Sang Pahlawan Nasional ini memiliki nama besar, namun masih banyak orang yang awam tentang siapa saja yang berjasa yang ikut serta dalam perjuangan. Bahkan secara kritis penulis menilai hampir tidak ada publikasi terhadap Sang Tokoh. Karya-karya sebelumnya, dinilai, masih berkutat pada sosok KH Noer Alie sekadar permukaan, tanpa menyingkap keterlibatan mereka secara detil dan proporsional. Terutama peran orang-orang di sekelilingnya, seperti ayah-ibunya, kakak dan adik-adiknya. Tentu saja karya Cucu keponakan KH Noer Alie ini patut menjadi salah satu model bagi upaya mendekati kisah sejarah. Bahwa kisah sejarah tidak harus diungkap dengan bahasa teks yang membuat dahi kita berkerut, namun juga bisa didekati dengan model cerita yang disajikan dalam buku ini. Yang seolah-olah pembaca ikut terlibat di dalamnya. Sehingga secara tidak langsung kisah-kisah sejarah akan selalu dapat diikuti oleh generasi-generasi berikutnya. Siapa menyusul ?
Didik J. Rachbini Send instant messages to your online friends http://uk. messenger.yahoo.com

Read More..

Biodata Lukmanul Hakim

Nama Lengkap : Lukmanul Hakim S ThI
Tempat tanggal Lahir : Bekasi 24 Februari 1975
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Kebangsaan : Islam
Alamat : Jl. Pertamina Kampung Kedaung Desa Kedung Jaya RT 02 RW 04, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat
Nomor Kontak : (Hp) 081807264992
Email :
lukmanul_2005@yahoo.com.au
Blog : http://lukman1975.blogspot.com

Karir Pendidikan : SDN Pelita Hati Bekasi (lulus 1987)
MTs Attaqwa (Ponpes Attaqwa Bekasi) (1990)
MA Attaqwa (Ponpes Attaqwa Bekasi)(1993)
S1 IAIN Susqa Pekanbaru Riau (Fak. Ushuluddin Tafsir Hadis) (2003)
Kursus di LIA Pekan baru (2001)
Kini mahasiswa S2 Univ. Paramadina Jakarta (Jurusan Filsafat Islam) (2007- sekarang)

Karir Organisasi : Ketua Umum Osis MA Aliyah (1993)
Ketua Senat Mahasiswa Fak Ushuluddib IAIN Susqa P Baru (2000)
Ketua Parlemen Mahasiswa IAIN Susqa P baru (2001)
Ketua Presedium Sidang Kongres Mahasisawa Riau Se Nusantara (2002)
Pengurus IPNU Cabang Pekanbaru
Ketua HMI Cabang Pekanbaru
Anggota Garda Bangsa PKB Riau (2001)
Penasehat Karang Turuna Cipta Jaya (2007-2012)
Pengurus KNPI Kabupaten Bekasi (2008-2011)
Ketua DPAC PKB Kecamatan Babelan, Bekasi (2008-2013)

Karir Pekerjaan : Redaktur Tabliod Pondasi Riau (2002)
Wartawan Harian Terbit (2005)
Redaktur Majalah “bisnis” ADINFO Jakarta (2006)
Asisten Kelapa Kantor Berita Bernama di Jakarta (2006)
Redaktur Pelaksana Tabliod Jayakarta Plus (2007- sekarang)
Redaktur Tabloid disparitas (2007-sekarang)

Karya Tulis : Di surat kabar harian Riau Pos, Harian Terbit, Tabloid Pondasi dan lainnya. Sering merensi buku saat menjadi mahasiswa dan diresenii di- Tabloid Pondasi.
Jakarta, 16 Maret 2008


Read More..