Selasa, 12 Februari 2008

Perkembangan Islam di Kampung Gabus, Kab. Bekasi, Jabar

Pendahuluan
Pada satu malam, saya menemani Al-Maghfurlah KH Noer Ali yang masih terbaring sakit di kediamannya pernah mendapat satu pesan yang amat bermanfaat untuk masa mendatang. Tepatnya ketika saya dan beberapa rekan dari Musholla di mana saya tinggal di Ujung Harapan mendapat jatah giliran piket malam untuk mengawasi waktu sakitnya beliau yang relatif lumayan lama. Pesan diberikan langsung KH Noer Ali lewat mimpi. Ini mimpi bukan sembarang mimpi.
Malam itu, petugas piket dan keluarga yang biasa menjaga beliau dalam keadaan biasa seperti malam-malam sebelumnya. Memang saya tengah tertidur karena telah jaga lebih awal. Dalam keadaan tidur saya melihat begitu jelas sosok KH Noer Ali yang terlihat memakai baju warna putih. Ia tak terlihat kondisi pisiknya yang lemah karena sakit seperti yang terjadi saat itu di mana dirinya tengah terbaring lemas secara total dan nyaris tak bisa bicara sama sekali. Kepada saya ia berucap, “alaikum bil qonaah was shina’ah.” Aneh, ia mampu bicara sebab waktu sakit dirinya tak dapat berbicara sama sekali. Ucapakan dalam bahasa arab itu diulangnya hingga tiga kali berturut-turut. Artinya, “Anda wajib menerima apa adanya namun tetap terus bergerak aktif.”
Peristiwa luar biasa itu sangat berharga dan berubah sebagai motivator dalam masa-masa di kemudian hari. Kejadian langka itu tak langsung saya utarakan pada semua orang yang ada saat itu atau malam berikutnya. Malah baru beberapa tahun kemudian hal itu saya utarakan pada salah satu keluarganya dekatnya, ustad H Syatibi SH, menantu KH Noer Ali. Kata Syatibi, nasihat yang disampaikan itu sangat khusus dan menjadi dorongan luar biasa bagi yang menerimanya.
Kata dia, bisa jadi saya yang paling cocok untuk menerima nasihat orang sekaliber pahlawan nasional di negara ini lantaran sesaui dengan jiwa dan diri saya. Dua kata kunci dari nasihat itu adalah “qona’ah” dan Shina’ah” yang berarti juga berlaku ikhlas dan tetap bergerak. Dua kata yang antagonis ini menyatu dalam satu pesan monumental. Yang satu diibaratkan sebagai “rem” dan satunya lagi laksana “pedal gas” jika diistilahkan dalam sebuah mobil. Yang satu untuk berhenti dan yang kedua untuk melaju kencang.
Pesan itu ternasuk singkat kalimatnya dan padat serta bernyawa bila direnungi. Sederhananya kalimat ini menjadi bahan bakar dalam memompa langkah demi langkah dalam mengembangkan pendidikan dan dakwah di Yayasan Attaqwa 05 Gabus Sriamur dan aktivitas lainnya. Terkadang nasihat itu, memiliki nyawa tersediri di kala diri tengah lemah semangat akibat dinamika hidup dan bila teringat hal itu jiwa terasa terbakar untuk bangkit dan maju untuk mengayunkan seribu langkah lagi.
Lewat pesan yang didapat lewat mimpi ini bukan berarti saya hendak mengajak pembaca untuk berlaku mistis, klenik atau irasional dalam hidup. Atau juga mempengaruhi semua orang agar memandang saya melebihi di atas rata-rata dari orang lain. Sekali lagi tidak! Bukan itu tujuannya! Justru saya ingin menyampaikan bahwa pesan itu terlepas setuju atas tidak akan kejadian itu dilakukan oleh saya bahwa dua kalimat itu penuh arti bagi siapa saja yang mendapatkan atas ruh yang tersembunyi di balik dua kata itu. Siapapun dia pasti beruntung dunia dan akhirat bila konsisten memegang teguh dua perkara itu. Tak terkecuali para pendahulu kita di Sriamur yang ternyata mengamalkan hal yang sama.
Lebih jauh lagi, dalam wacana keilmuan, dua kata itu “Ikhlas dan bergerak” dapat masuk dan terpecah dalam dua aliran ilmu kalam terbesar dalam Islam, qodariyah dan jabariyah yang hingga kini masih menjadi perdebatan hangat. Yang pertama bermakna manusia punya kehendak dan kedua manusia tak berkehendak. Di luar itu, pesan KH Noer Ali itu masuk dalam sisi yang menpengaruhi dalam diri seseorang, naturalis dan bihavior. Yang pertama perubahan utama dari lingkungan dan kedua datang dari diri sendiri. Singkatnya, dua kata itu, penuh arti, warna, artistik dan sangat dalam maknanya untuk dibahasakan oleh kata-kata. Dua kalimat tersebut terkait erat dengan paham “teori kelas” yang ada dalam salah satu aliran filsafat yang memandang realitas kehidupan setiap orang. Tinggal siapa yang mau meluangkan waktu itu mengambil pelajaran dari dua kata laksana mukjizat itu.
Persoalan berikutnya adalah apa hubungan antara mimpi saya dengan rangkuman tulisan yang ada dalam tangan Anda ini? Nah, di sini saya hendak mengatakan bahwa keduanya terdapat hubungan yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Mulai pembangunan pendidikan Islam, fasilitas, dakwah, sosial, hingga memajukan mutu pendidikan di Yayasan Attaqwa yang dilakukan generasi pertama hingga generasi saat ini. Dalam usaha tersebut mereka bersifat qona’ah di satu sisi dan bergerak kencang di sisi lain hingga jadi apa yang dirasakan saat ini. Qona’ah dalam hidup, apa adanya dalam menerima realitas hidup atau ikhlas atas taqdir Allah SWT namun dinamis dalam membangun untuk kemajuan di segala bidang. Itulah potret pada pendahulu di Gabus dengan hasil yang terlihat saat ini.
Dalam tulisan ini disebut ketokohan KH Rohiman, H Marzuki bin Sa’at, H Zubair BA, dan masih banyak yang lain. Persoalannya apa yang mereka lakukan dalam mengembangkan syiar Islam di tanah Gabus Sriamur ini berangkat dari keikhlasan yang sangat besar. Qona’ah dan Shina’ah. Dapat dibayangkan bagaimana kondisi saat itu, mulai kondisi sosial masarakat, situasi politik di era kolonial, hingga tantangan lainnya yang sangat berat namun dihadapi dengan penuh kesabaran. Mereka tetap maju membangun pendidikan Islam meski tak mengharap keuntungan dunia dan popularitas pribadi. Hal ini bisa jadi karena rasa keikhlasan telah menyatu dalam diri pada pendahulu kita yang abadi. Semoga Allah SWT membalas amal baik mereka. Amin.
Sekedar diketahui, rentang waktu pembangunan pendidikan Islam di Gabus Sriamur memiliki usia yang terbilang panjang. Banyangkan berapa generasi yang dilalui hingga saat ini hasilnya dapat dirasakan semua orang. Masyarakat dapat mengenal agama dan membaca alqur’an. Tentu setiap generasi memiliki tantangan yang berbeda. Namun semuanya tetap sama yaitu ide pembangunan yang didasarkan pada niat yang tulus, tak macam-macam alias apa adanya, dan saat yang sama obsesii mereka tetap membara.
Nah, inilah kalimat yang saya maksudkan sebagai pengantar bagi pembaca sebelum memulaii membaca halaman demi halaman yang saya tulis sangat ringkas soal perkembangan Islam di daerah Gabus dan sekitarnya. Sedangkan hubungan antara mimpi saya terkait juga dengan prestasi para orang tua kita adalah soal sikap mereka yang konsisten dalam berjuang memberantas buta ajaran Islam dan buta aksara Al-Qur’an hingga saat ini terbilang sukses. Gabus saat ini beda jauh dengan daerah lain, Gabus saat itu yang masih kental dengan “Ilmu Kanuragan” dan lainnya. Coba Anda bayangkan apa jadinya bila generasi mereka tak dibentengi dengan “Qona’ah dan Shina’ah” pasti hasilnya tak seperti ini.
Nasihat Almaghfurlah itu sejak dahulu saya sangat yakin hingga 200 persen semua yang datang darinya. Sebab saya kenal beliau dan sudah menjadi kurir saat duduk kelas dua madrasah Ibtidaiyyah hingga ajal menjeputnya jadi tahu betul apa yang menjadi keinginannya soal pesan agama dan ke-attaqwaan.
Sekedar rasa syukur pada Ilahi, saya termotivasi mendirikan madrasah Tsanawiyah dan Aliyah bersama rekan yang lain karena rasa syukur saya menjadi muridnya. Mulai bangunan infrastruktur hingga superstruktur yang kini sedikit banyak telah terlihat nyata hasilnya. Dari yang tak ada tanah wakaf hingga berhasil membujuk donatur H Asmawi Asqo dari Bantar Gebang, Cakung, mau menyumbangkan tanahnya di pinggir kali Bekasi untuk bangunan MTs dan MA. Usahanya itu berujung siswa di dua jenjang itu kini telah belajar di kelas berlantai dua. Alhamdulillah tentu berkat dukungan semua pihak.
Soal isi rangkuman tulisan ini, sengaja saya lampirkan tulisan asli Almaghfurlah soal garis besar pendidikan gaya Attaqwa. Makalah itu ditulis dan dipresentasikan KH Noer Ali sekitar tahun 1979 hingga 1980 di hadapan ratusan dewan guru Attaqwa cabang dan pusat di komplek Attawa Puteri Ujung Harapan. Tulisan itu sangat penting terutama terkait penegasan kembali soal garis besar terkait pemetaan visi, misi, orientasi, hingga maenstream pendidikan, ibadah amaliah dan politik Attaqwa yang wajib dijalankan para guru dan pengurus yayasan Attaqwa secara konsisten.
Di antaranya, disebut secara tegas soal larangan agar jangan mengikuti ujian negara dan semua anak pengurus yayasan dan guru Attaqwa wajib disekolahkan di Attaqwa juga. Untuk siswa dibiasakan melatih logika untuk berpikir yang benar agar mendukung argumentasi agama. Sang pahlawan nasional ini sempat menyebut soal antipasar global di mana modal asing menguasai aset nasional secara membabi buta. Ini unik, saat ini eksplorasi minyak dan gas di Bekasi tengah gencar dilakukan namun saham pertamina (apalagi perusahaan swasta yang mandiri) banyak dikuasai oleh perusahaan asing dan saat ini nyata terjadi. Ini bukti ketajaman analisa sorang ulama yang melampaui jamannya bagaimana ia menasihatkan agar umatnya tak dijajah kembali buntut dari kontrol negara yang lemah atas modal asing di Bekasi. Masya Allah.
Apa yang saya tulis ini sebenarnya rangkuman dari tulisan senada yang berserakan letaknya maka usaha ini tak lain untuk menghimpun kembali menjadi satu agar mudah mendapatkan bagi yang merasa perlu mengetahui soal sekitar keislaman dan terfokus soal dengan pendidikan Islam di Sriamur. Tentu lembaran ini tak lengkap lantaran terbatasnya data yang dimiliki namun diharap setelah ini hadir tulisan lain dalam bentuk yang lebih permanen seperti sebuah buku utuh yang mengungkap lebih mendalam terkait tema sejenis hadir di tengah kita. Kritik dan saran atas karya ini sangat diharap kehadirannya.
Sebagai kata akhir, ucapan terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang terlibat dalam peluncuran karya ini. Seperti pihak Yayasan Attaqwa, dewan guru, tokoh agama, pegawai desa, tokoh masyarakat, dan lainnya yang tak tersebut namanya satu persatu lantaran terlalu banyak jumlahnya namun tak mengurangi rasa hormat. Terima kasih yang tak terlupakan untuk saudara Lukmanul Hakim yang telah mengedit tulisan ini hingga menjadi karya yang siap dikonsumsi pembaca. Semoga karya ini menjadi ibadah yang terus mengalir. Amin.
Gabus Sriamur, Agustus 2007

HA Nawawi MN M Ag
Ketua Yayasan Attaqwa 05 Sriamur




































Pembangan Islam dan Attaqwa di Gabus Sriamur

A. Lembaga Pendidikan
Pendidikan Islam di Gabus Desa Sriamur, Tambun Utara, Bekasi, berdiri sejak tahun 1923. waktu itu lokasi belajar berada di kediaman rumah KH Rohiman. Sistem pendidikan baru berupa “Ngaji Lekar.” Tahun 1956 model sekolah Islam itu bergabung dengan Yayasan Pembangunan Pemeliharan dan Pertolongan Islam (YP3I) di Ujung Harapan (dahulu disebut Ujung Malank) yang dipimpin oleh KH Noer Ali. Nama sekolah pun yang tadinya hanya ngaji lekar tanpa label kini diberikan nama menjadi “Madrasah Al-Huda” atau Sekolah Rakyat Islam (SRI).
Setelah mengalami beberapa kali perbaikan dan berpindah-pindah tempat, maka mantaplah hingga sekarang dan SRI resmi terdaftar pada Departemen Agama maupun Diknas Kabupaten Bekasi sejak tahun 1954 dengan nama Madrasah Ibtidadaiyah Attaqwa 07 Gabus-Sriamur. Lokasi sekoah terletak berdekatan dengan bangunan Masjid Jami Nurul Huda yang saat ini berdiri. Padahal sebelumnya madrasah tersebut menempati tanah wakaf yayasan yang ada dipinggir kali Bekasi, bekas tanah kongsi.
Alhamdulillah Yayasan Attaqwa 05 Sriamur yang dimotori oleh para pengurus dan masyarakat yang diketuai oleh H A Nawawi MN memberanikan diri membangunan madrasah Tsanawiyah yang peletakan batu pertamanya dimulai pada tanggal 30 Juni 1995, dengan rencana pembangunan sebanyak sepuluh lokal berlantai dua. Sedangkan madrasah Tsanawiyah sekarang bernama Madrasah Tsanawiyah Attaqwa 11 Sriamur, telah beroperasi sejak tahun 1993 yang waktu itu menumpang di Aula Majelis taklim kaum Ibu.
Meski bangunan Madrasah Tsanawiyah masih jauh dari sempurna namun telah mendapat pengakuan dengan status “diakui” berdasarkan SK. Kepala Kantor Departemen Agama Provinsi Jawa Barat No. W.1/I/HK.008/25/97 Tangga 21 Januari 1997. Saat itu jumlah murid sebanyak 318 orang dengan waktu belajar sampai dua sip yaitu pagi dan siang hari. Kepala Madrasah Tsanawiyah untuk yang pertama dipimpin oleh Drs H Sa’duddin MM selama satu tahun kemudian diteruskan oleh ketua Yayasan Attaqwa saat itu.
Tahun 2007 Sa’duddin terpilih menjadi Bupati dan Drs M Darip sebagi Wakil Bupati Kabupaten Bekasi setelah pasangan tersebut berhasil berhasil memenangkan dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Secara Langsung yang digelar pada Maret 2007 untuk masa jabatan selama lima tahun atau 2007-2012. Prestasi tersebut menjadi kebanggaan sendiri bagi keluarga besar Yayasan Attaqwa Gabus.

B. Dari SRI, Al-huda Hingga Menjadi Madrasah Ibtidaiyah
Sekolah Rakyat Islam (SRI) Gabus Sriamur berada di bawah naungan Yayasan P.3I atau Yayasan Attaqwa saat ini. Saat itu pimpinan Yayasan Attaqwa Gabus dipimpin oleh KH Rohiman. Sedangkan kepala Madrasah SRI dipimpin oleh ustad H Marzuki bin Saat.
Dalam perjalanannya, SRI yang letak bangunannya masih berhadapan dengan Sekolah Rakyat (SR atau cikal bakal Sekolah Dasar saat ini) bertempat di lokasi tanah bekas kongsi. Keduanya diapit oleh bangunan kantor Balai Desa Sriamur mengalami kerusakan yang sangat parah. Maka SRI dipindahkan ke tempat sekarang yang saat ini berdampingan dengan Masjid Nurul Huda.
Tahun 1954 SRI berubah nama menjadi Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda. Statusnya telah terdaftar di Departemen Agama. Penggunaan nama Al-huda sangat lama sampai dengan datangnya perubahan sistem politik yang sangat mendasar yaitu pemberlakuan azas tunggal bagi semua organisasi kemasarakatan dan politik. Hal itu berujung dengan lahirnya konsep dan pengajaran soal pedoman Pendidikan dan Penghayatan serta Pengamalan Pancasila atau P4 kepada semua siswa di setiap tingkatan hinga dewan guru dan ulama. Perubahan itu berpuncak pada penerimaan asas tunggal Pancasila sebagai satu-satunya asas untuk dikenakan bagi semua organisasi saat Orde Baru berada di pertengahan kekuasaannya.
Nah, sejak itu KH Noer Ali selaku Pimpinan Umum Yayasan P.3I merubah akte Pendirian Yayasan P.3I di hadapan notaries Sudirja SH menjadi Yayasan Attaqwa. Perubahan itu terjadi hingga ke level badan pendiri hingga badan pengurus yang dialihkan ke puteranya KH Muhammad Amin Noer MA.
Secara teratur perubahan tersebut terjadi di level yayasan Attaqwa cabang menjadi “Attaqwa.” Salah satunya yang berada di Gabus Sriamur, Yayasan Attaqwa 05 Gabus Sriamur, semua jenjang pendidikan menggunakan label baru bernama “Attaqwa.”
Berbarengan dengan waktu perubahan label tersebut, berlaku pula perubahan posisi ketua yayasan attaqwa gabus yang dipimpin KH Rohiman. Karena pertimbangan kesehatan dirinya mempercayakan ketua yayasan dipimnpin oleh puteranya ustadz H Moh Zubair BA sejak tahun 1982-1992 atas persetujuan yayasan attaqwa pusat. Setelah Zubair wafat, terjadi kekosongan pimpinan pada tingkatan ketua yayasan maka HA Nawawi MN yang baru saja kembali Makkah usai menunaikan rukun Islam yang kelima dirinya diusulkan para tokoh masarakat ke pimpinan pusat untuk diangkat sebagai ketua Yayasan Attaqwa 05 Sriamur.

C. Pimpinan di SRI
Kepala SRI pertama dijabat oleh Ustad Marzuki bin Saat yang dibantu oleh ustad M Sopri Kandan, Tasrifuddin, Saidi asal Teluk Pucung, Dadang Par Ali dari Mester, Jatinegara, pada 1953-1956 dan kembali ke MI Sriamur pada 1957.
Tahun 1953 terjadi peralihan dengan ditunjuknya ustad M Saidi Hamdani dari Kebalen sebagai pengganti kelapa hingga dirinya dipungut menjadi menantu bapak Sa’at bin Saidih, adik ipar dari KH Rohiman tahun 1960. Pada perjalanannya ia dibantu oleh ustad Abdurrahman.
Masih pada tahun yang sama ustad Sa’adi ditarik kembali ke Kebalen sebagai guru bantu maka ditariklah saudara Syamsuri untuk membantu mengajar pada tahun 1963-1966. Sedangkan ustad Amir Hamzah diperbantukan di MI Alhuda Sriamur resmi menjadi kelapa pada 1965-1986.
Tahun 1971 A Nawawi MN ditunjuk KH Noer Ali menjadi guru bakti sampai menjadi kepala MI tahun 1986. M Idris Irin diperbantukan menjadi guru pada 1973. Sementara Amir Hamzah menjadi guru tetap sampai 2006 lantaran kondisi beliau yang sudah uzur.
Ustad Anshori diperbantukan dari Departemen Agama pada 1985-1995 sesuai surat No. II/SE/1985. Ia ditarik kembali oleh lembaganya pada 19 September 1995. Sedangkan saudara Hasbiuddin pernah membantu di madrasah ini sekitar tahun 1980. Edy Junaidi menjadi kepala mulai tahun 1995 yang sebelumnya sebagai guru bakti beberapa tahun sampai saat ini dibantu oleh beberapa asatizah lainnya.

D. Keberadaan Masjid
Masjid yang berada di Sriamur, dahulunya disebut Masjid Pekojan, Kampung Penggilingan, dibangun pada tahun 1930. Masjid ini merupakan paling tua usianya dan hanya satu di daerah tersebut dan sekitranya. Masjid ini dibangun yang dikomandokan oleh dua tokoh agama yang sangat disegani yaitu Bapak Mesir, kakek dari KH Rohiman (wafat Senin malam Selasa, Tanggal 18 Shofar 1405 H atau 12 Nopember 1984) dan Bapak Saidi, kakek Mertua KH Rohiman.
Dua pelopor itu berasal dari daerah Kuningan, Cirebon. Dan satunya lagi berasal dari daerah Banten. Pembangunan Masjid hanya terbuat dari bilik bambu atau “gedek” yang sangat sederhana. Tahun 1942 bangunan Masjid direnopasi dengan mengubah bilik bambu dengan batu bata oleh pengurusnya yang dipimpin KH Rohiman. Rupanya tak hanya mengganti dengan batu, perubahan interior bangunan dilakukan dengan melengkapi dengan jendela dan satu buah menara kecil di sampingnya.
Tahun 1973 perbaikan Masjid dilanjutkan lagi, ukurannya diperbesar. Ketua Panitia Rehabilitasi Pembangunaan Masjid Jami Nurul Huda Gabus Pabrik, Desa Sriamur, dijabat oleh M Djakli Ns. Hal yang sama juga dilakukan lagi pada 21 Mei tahun 1984 setelah melihat situasi dan kondisi masyarakat yang kian bertambah maka dengan modal awal sebesar Rp200 ribu. Peresmian dan peletakan batu pertama Masjid dimulai. KH Noer Ali selaku Pimpinan Yayasan Attaqwa Pusat meresmikan peletakan batu pertama pembangunan Masjid.
Dengan rasa syukur Kepada Allah SWT, dua tahun kemudian tanggal 10 Dzulhijjah 1406 H atau tahun 1986 Masjid tersebut dipakai untuk shalat Idul Adha meski secara keseluruhan pembangunan belum selesai. Ketua Pelaksana pembangunan saat itu dipimpin oleh HM Zubair BA.

E. Sarana Kegiatan Ibadah lainnya
Usai pembangunan Masjid, tahun 1987 Yayasan Attaqwa Gabus melanjutkan pembangunan sebuah tempat pegajian bagi kaum ibu yang disebut Aula Majelis Taklim kaum Ibu Nurul Huda Sriamur. Aula tersebut dalam satu waktu pernah dipakai untuk kegiatan belajar taman kanak-kanak Attaqwa 15 Gabus Sriamur. Pada hari Minggu aula tersebut dipakai untuk kegiatan majelis taklim kaum Ibu yang dipimpin oleh Ustazah Hj Habibah BA.
Sekedar diketahui, Raudatul Athfal Attaqwa 15 Sriamur baru beroperasi pada Juli 1998. Kepala TK saat itu yang juga pelopor TK adalah Hj Habibah BA, isteri ustadz HM Zubair BA.

F. Sejarah Yayasan Attaqwa Sriamur
Yayasan Attaqwa Pusat sebelumnya bernama Yayasan P.3 (Pembangunan Pemeliharaan dan Pertolongan ) Islam. Perubahan itu berdasarkan akte notaries mengenai perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga pada tanggal 17 Desember 1986, menjadi Yayasan Attaqwa. Lembaga pendidikan dan dakwah itu berada di Kampung Ujungharapan, Bahagia, Babelan, Bekasi, Jawa Barat, yang dipimpin dan sekaligus pendirinya oleh KH Noer Ali (wafat Rabu Malam Kamis,.25 Rajab 1412 H atau 29 Januari 1992). Sedangkan Yayasan P.3I Cabang Gabus Sriamur dipimpin oleh KH Rohiman dengan SK pengangkatan tanggal 30 Nopember tahun 1956 oleh KH Noer Ali.
Pada 10 Juni 1982, karena kendala usia dan kesehatan KH Rohiman, posisi Ketua Yayasan yang dipimpinnya digantikan oleh HM Zubair BA, putera tertua dari KH Rohiman. Amanah tersebut dijalankan hingga dirinya meninggal dunia pada Sabtu malam Minggu tanggal 14 Dzulqo’dah 1412 H atau tahun 1992. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepadanya, amin.
Usai HM Zubair wafat, berdasarkan usulan warga, kekosongan jabatan ketua yayasan diberikan kepada ustad HA Nawawi MN berdasarkan SK pengurus yayasan Attaqwa pusat No. 09/YAT-KEP/1413 H Tanggal 6 Agustus 1992 yang ditandatangai oleh KH Moh Amin Noer Lc selaku Ketua Yayasan Attaqwa Pusat.

G. Pendidikan non Formal
Pendidikan non formal seperti majelis taklim tumbuh subur di setiap Musholla dan Masjid di Sriamur jamaah yang hadir berasal dari kalangan laki-laki dan perempuan dewasa, remaja, hingga anak-anak. Bagi masyarakat Sriamur makin menyadari soal pentingnya wawasan agama untuk semua tingkatan usia dalam hidup setiap orang. Sebab agama sangat berguna untuk mengendalikan hawa nafsu keserakahan dan menyuburkan iman bagi semua orang.
Sedikitnya terdapat tujuh majelis taklim kaum bapak, 13 kaum ibu yang tumbuh di setiap Musholla, lima majelis taklim remaja dan 20 majelis taklim anak-anak yang bertempat di Musholla dan rumah termasuk taman pendidikan al-Qur’an (TPA). Saat ini jumlah Masjid dan Musholla yang berada di lingkungan Yayasan Attaqwa V Gabus Sriamur sebanyak dua buah Masjid Jami dan 13 Musholla.
Sementara Madrasah Aliyah Attaqwa 06 Sriamur Tambun Utara, telah berdiri sejak tahun 2000 lalu, saat ini memilki dua unit bangunan dan salah satunya berlantai dua. Jumlah siswa secara keseluruhan sekitar seratus orang. Kepala madrasah dipimpin oleh HA Nawawi MA dengan SK Pimpinan Pusat No. 043/E.1/PGA/2000 M.

H. Penutup
Menurut informasi dari Bapak M Idris Irin, Sekretaris Yayasan Attaqwa Sriamur yang menjabat sejak periode HM Jubair hingga HA Nawawi MN, dirinya banyak mendapatkan informasi soal Islam di Sriamur dari banyak tokoh masyarakat. Ia menulis rangkuman soal tersebut pada tanggal 21 Robi’ul Awwal 1421 H atau 24 Juni 2000 dan hasilnya banyak dikutip dalam karya yang ada dihadapan pembaca saat ini.
Kata Kepala Desa Sriamur itu, informasi yang didapat berasal dari KH Rohiman, H Marzuki bin Sa’at, Ustad Mugeni, Muhammad Nur, Ustad Amir Hamzah, Abdul Hamid, Yakup, Tarip, Hamisan, Raisan, H Anta bin Saidi, Husen dan lainnya.
Catatan soal perkembangan Islam di Sriamur ini sengaja dibuat untuk mengingat jasa para pendiri yang telah berbuat banyak untuk banyak orang dan sangat dirasakan secara nyata. Terlebih bagi generasi saat ini dan yang akan datang dapat mengenal perjuangan pendahulunya dengan penuh ikhlas. Kepada mereka selalu mengalir amal saleh hingga berlanjut ke alam kubur.
Bagi yang telah meninggal dunia, kita do’akan semoga jasa-jasanya dijadikan amal saleh oleh Allah SWT dan ditempatkan sebaik-baiknya, amin. Sedangkan bagi yang masih hidup dan mengalami hasil kejanya semoga mereka ikhlas beramal dan insya Allah mendapat balasan berlipat ganda dari Allah SWT, di alam dunia dan akhirat.

Sriamur, 24 Juni 2000

M Idris Irin
Sekretaris Yayasan Attaqwa 05 Sriamur




























Tujuan Pendidikan dan Pengajaran
Oleh: Al-Mukarrom KH Noer Ali
Tahun 1979-1980/ 1400-1401 H
Makalah ini ditulis sesuai dengan teks aslinya
Oleh: HA Nawawi MN MAg
















A. Tujuan Pendidikan
Dalam kita membahas masalah dan tujuan pendidikan maka kita tidak bisa meninggalkan bahkan terlebih dahulu kita menyelidiki dengan teliti, apa pungsi manusia dan apa tugas hidup serta apa tujuan hidupnya.
I. Fungsi manusia adalah Abdullah dan Khalifah, Allah berfirman dalam Al-Qur’anul Karim surat Al- Dzariyat ayat (52) dan al-Baqarah ayat (30).



II. Tugas hidup manusia adalah mengabdikan diri padanya dan berusaha melaksanakan hududullah dalam semua aspek kehidupan dan penghidupan.
III. Tujuan hidup manusia yang hakiki adalah mendapatkan mardhotillah yang abadi dalam semua hal, sepanjang masa dan zaman.
Sesudah kita mengetahui fungsi manusia, tugas dan tujuan hidupnya yang hakiki, maka untuk ini semua sangat diperlukan ilmu pengetahuan dari mulai aqidah, cara pelaksanaannya dan akhlaknya sebagai berikut:

1. Membina dan memantapkan aqidah manusia dan imannya yang tersimpul dalam rukun iman yang enam perkara dan dijadikan dalam enam puluh aqoidul iman (41Ilahiyyat, 9 Nabawiyyat, 10 Sami’yat).
2. Mendidik manusia dalam semua lapangan kehidupan dan penghidupan sesuai dengan kemampunan dan pembawaannya agar menjadi seorang manusia yang benar-benar bertauhid lahir dan bathin.
3. Meningkatkan aqidah manusia dan keyakinannya dengan jalan bertakarrub kepada Allah SWT, mulai dari pekerjaan yang bersifat ubudiyyah dan akhirnya sampai kepada mu’amalat, munakahat, jinayat, sosial dan sebagainya.
4. Memelihara ikatan dan tali persaudaraan sesama insan, sesama hayawanat, jamadat dan makhluqot seluruhnya dalam batas-batas kemampuan dan batas-batas hududullah.
5. Seorang guru selaku pembina, pendidik dan pemelihara hal-hal tersebut di atas haruslah lebih dahulu membina, mendidik dan memelihara diri pribadinya, dan sahabat-sahabat karibnya.
6. Membentuk manusia muslim dan mu’min yang utuh dan sempurna, karena hanya muslim dan mu’min yang utuh inilah akan dapat memasuki dan menjelajah Islam secara utuh dan menyeluruh.
7. Membentuk dan membangunan manusia yang bertanggung jawab terhadap diri pribadinya, keluarganya, ikhwan di kampungnya, daerahnya, negara, bangsanya, ikhwan agamanya dan Tuhannya.
8. Membentuk manusia yang berakhlaq tinggi dan mengetahui harga diri-diri pribadinya, kelakuannya, bangsanya, ikhwannya, agamanya dan Tuhannya.
9. Menanamkan rasa cinta pada Allah dan Rosulnya melebihi dirinya, keluarganya, hartanya dan lainnya.
10.Membangun rasa cinta ikhwan di kalangan pelajar melebihi dari cinta pada diri pribadinya.


11.Mencetak cetak kader-kader muslim dan muslimat yang merasa berbahagia dan berbangsa apabila ia menderita dalam menghadapi rupa-rupa ujian dan melihat syukur yang maha indah menghadapi musuh-musuh yang kejam dan zholim.
12. Melatih dan mendidik putera puteri kita berpikir, berbicara, berdialog, berubudiyyah, bersosial, berjihad, bertahjjud, bertawadu’ dan selalu hidup dalam rumah sendiri atas kenyakinan sendiri.
13. Melatih dan membiasakan melaksanakan syari’at Islam dari yang wajib, sunnah dan mubah serta membiasakan menjauhkan sesama munkarot.
14. Melatih dan membiasakan mengatur diri sendiri, makan dan minun sendiri mas’alah sendiri, mencuci pakmaian sendiri, membersihkan kamar sendiri, dan berusaha hidup sendiri.
15. Melatih dan membiasakan anak-anak didik kita supaya senantiasa menjaga batas aurat yang wajib ditutup baik puteri maupun putera.
16. Membiasakan diri melaksanakan akhlaq Allah dan akhlaq amstaalikum dalam semua hal dan keadaan.
17. Membiasakan pelajar kita memelihara ketertiban, kebersihan dan perjanjian dan jagalah jangan sampai ada yang melakukan sebaliknya.
18. Tingkatkan daya pikir pelajar kita dengan dibiasakan berpikir, bermuzdakarah dan berjihad yang baik.
19. Berilah pelajaran dan penjelasan kepada pelajar-pelajar kita yang sesuai dengan kemapuannnya dan daya tanggapnya.
20. Jangan membuat putus asa para pelajar dengan memberikan pelajaran yang berhubungan bukan ukurannya atau terlalu banyak disampaikan padanya, qola-qila (komentar-komentar)
21. Dengan kurnia Ilahi umat Indonesia adalah umat yang paling berbahagia, hidup di atas muka bumi yang tanahnya subur, laut dan bukitnya penuh dengan kekayaan dan udaranya segar, hanya sayang kekayan alam yang berlimpah itu belum sepenuhnya dapat dimiliki oleh umatnya bahkan sebagian besar masih menjadi milik asing.


22. Kekayaan alam Indonesia yang meliputi seluruh kepentingan hidup umatnya, alangkah hebatnya apabila dimanfaatkan untuk ibadah atau pelengkap ibadah.
23. Berhubung dengan hal hal tersebut di atas maka menjadi kewajiban atas seluruh umat Indonesia mempelajari rupa-rupa ilmu pengetahuan, sejumlah rupa-rupa kekayaan alam Indonesia sehingga semua hikmah yang ada di alam Indonesia akan dapat diambil seluruhnya untuk digunakan sebagai ibadah atau alat pelengkap ibadah.
24. Maka menjadi kewajiban seorang guru memnberikan pengarahan pada semua pelajar-pelajarnya sesuai dengan pembawaan dan bakat yang ada padanya dengan memberikan pelajaran dasar bagi madrasah dan pesantren kita, baik yang menyangkut masalah teknik penghasilannya maupun yang menyangkut penggunaan dan pemanfaatannya.
25. Indonesia bukan saja alam yang subur tetapi juga umatnya demikian suburnya, sehingga bertambahnya penduduk demikian pesatnya. Sehingga pada tahun 1940 umat Indonesia berjumlah sekitar 70 juta. Pada tahun 1978 mencapai sekitar 130 juta tetapi saat sekarang ini, tahun 2001 mencapai 220 juta orang.
26. Jumlah besarnya penduduk ini jika tidak sungguh-sungguh mempelajari cara memelihara, memimpin dan memanfaatkan maka tidak mustahill nasibnya mengalami seperti alamnya. Artinya dimanfaatkan oleh orang lain dalam semua kekayaan jasmaninya dan rohaninya dan inilah lebih besar bahanya dari pada hanya dikuasai orang lain kekayaan alamnya.


27. Pada saat ini tak bisa kita bantahkan bahwa bangsa kita tidak sedikit yang diperas tenaganya dan dibeli dengan hartanya yang sangat rendah oleh orang-orang asing bahkan lebih dari itu tidak sedikit pula bangsa kita yang kehormatannya, pikirannya, ilmu pengetahuannya serta kenyakinan agamanya telah mereka jual dengan harga yang rendah sekali.



B. Tujuan Pengajaran :
Tujuan Pengajaran dalam mencetak manusia pinter, sedangkan tujuan pendidilan adalah mencetak manusia yang benar. Namun kepintaran yang tidak disertai kebenaran adalah sangat membahayakan masyarakat. Manusia model ini paling ditakutkan. Nabi Muhammad SAW bersabda:

Sedangkan kebenaran juga tidak mungkin terjadi sondor (tanpa, red) kepintaran karena sesuatu yang secara ‘kelempengan benar’ itu tidak sah bahkan mardudah dan ia tuqbalu (ditolak).
Maka untuk berhasil mencetak manusia pinter dan benar, pinter para pendidik sangat banyak faktornya yang harus diusahakan oleh para guru dan para pendidik dan di antara faktor yang terpokok adalah:
1. Faktor Ubudiyyah.
Benar artinya muwafaqotul aqidatil insan ala lisanihi wa af’alihi wa muthobaqotu lisanihi ala’ amalihi, sedangkan kizib adalah kebalikannya. Hati manusia sebagai tenaga penggerak anggota, sepenuhnya berada fi yadillah dan apakah hati manusia itu akan mati dan hidup, buta atau melek maka itu tergantung pada ibadah manusia itu sendiri. Sebab dengan ibadah inilah satu-satunya jalan dan satu-satunya cara mengundang datangnya taufiq dan hidayah di mana keduanya merupakan roh dan hati seseorang manusia.
Seorang dokter, profesor tidak akan mampu mengobati penyakit mati dan penyakit akmah karena tidak ada rohnya dan tidak ada nurya. Demikian pula seorang guru tidak mampu menghidupkan tubuh dan hati bila tidak bernyawa sama sekali.

2. Faktor Guru Sendiri
Kepribadian seorang guru adalah merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan mencetak manusia benar dan pinter. Maka oleh karennya benarlah apa kata seorang ahli pendidik; guru itu adalah cerminnya murid dan sebaliknya murid itu adalah cermin guru. Maka dengan ini seorang guru bahkan juga keluarganya harus segala apa yang ada padanya, baik ibadahnya, kelakuannya, kehidupannya, gerak geriknya dan pendeknya seluruhnya harus bersifat dan mengandung arti mendidik pada tholabahnya.

3. Faktor Keluarga Pelajar
Seorang pelajar pada umunya ia lebih banyak hidup di tengah-tengah keluarganya, lebih-lebih bagi pelajar di sekolah dan madrasah. Sedangkan pelajar di pesantren yang para pelajarnya banyak dipisah-pisahkan dari keluarganya masih selalu apa yang dirintis oleh pesantren kadang-kadang menjadi habaa’an mantsuro (debu yang berhamburan, red) sebagai akibat pergaulan keluarganya yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan apa yang dirintis oleh pondok pesantren. Oleh karena ini seharusnya keluarga anak ini harus benar-benar turut beruaha memelihara tanaman guru-guru pada anaknya.

4. Faktor Lingkungan dan Pergaulan
Faktor ini sangat banyak pula mencampuri pembentukan anak didik kita, bahkan situasi dan kondisi lingkungan yang paling menentukan akhlak dan karakter anak-anak. Maka oleh karena itu setiap guru di samping tugasnya mendidik anak didiknya, harus pula berikhtiar memperbaiki masyarakat lingkungan madrasahnya.

5. Kenyakinan Guru
Setiap guru harus yakin benar, bahwa segala apa yang ia ajarkan dan ia didik itulah yang benar dan yang baik, maka oleh karena itu seorang guru tidak boleh berkata, “masih ada pelajaran dan pendidikan yang lebih baik dan masih ada suatu syahadah (ijazah, red) sekolah yang lebih baik.” Serta “seorang guru tidak boleh menyekolahkan anak cucunya ke sekolah lain, kecuali karena lain tingkatan sekolah.”
Guru yang semacam ini sama dengan seorang yang berkata atau berbuat, bahwa agama lain adalah lebih baik atau lebih disukai dan segala apa yang ada di luar Islam itu lebih baik. Guru model ini, selain sangat membahayakan perguruan juga ia mengajar secara pura-pura dengan hati yang munafik tidak akan berhasil membentuk pelajar-pelajar yang baik yaitu pinter dan benar. Amin.
Ujungharapan, 7 Rajab 1422 H
25 Desember 2001 M

Tidak ada komentar: